Jumat, 14 Januari 2011

BERSUJUD DALAM PERUT

BERSUJUD DALAM PERUT


berusaha tidak mengartikan lapar
mencari hikmah lapar
menuju kebenaran lapar
agar tidak kelaparan

berfikir apa yang dipikirkan lapar
tidaklah senikmat pada saat menyantapnya
berfikirlah apa yang dikehendaki oleh wajib dan sunahNya
apa yang akan kita peroleh
semoga lapar yang membawa kesabaran yang terpendam DALAM ditanah surga

Selasa, 11 Januari 2011

BERTEMU DIRIMU

BERTEMU DIRIMU

anganku mendahului kenyataan
sudah terbayang kebingungan dalam hati
apakah aku sanggup berdiri tenang
hatiku pasti diam diam memeluk dirimu
aku berharap hatimu menyambut kedatanganku
dan kedua mata ini saling menatap 
hanya suara desahan nafas halus yang membatasi kedua wajah ini
SEMOGA sentuhan lembut nafas kita menjadikan HATI YANG KASMARAN

SEBUNGKUS KEBODOHAN

SEBUNGKUS KEBODOHAN

kebodohan itu meliuk liuk diantara lebatnya hujan
hari kemarin masih terbawa oleh kemunafikan 
didalam selimut dia menertawakan kecongkaan dirinya
sepertiga dari kemuliaannya terbuang bercampur dengan mimpi mimpinya

penggalan demi penggalan kehidupan menyisakan kebingungan
keindahan keindahan yang diciptakan tertutup oleh matanya sendiri
suara suara merdu itupun lenyap oleh pendengaranya sendiri
ucapan ucapan yang menjanjikan kekelan tertimbun dengan kebohongan

BERSAMA TUHAN AKU BELAJAR

BERSAMA TUHAN AKU BELAJAR

aku bicara dengan hari hariNya
aku menggantungkan harapan bersama matahari, bulan dan bintang
aku panjatkan doa dengan diiringi asap rokok dan secangkir kopi
aku beranikan diri untuk berkata jujur kepada ciptaanNya

sentuhan lembut kedamain yang di bawa oleh karya karyaNya menyentuh dalam  di langit langit hati
semua yang aku punya terpaku dalam kebisuan ke agunganNya
ada lubang lubang hitam yang kadang kadang memaksa kembali untuk mengingatnya
aku berusaha melangkahi dan terbang 

sambil menutup mata
aku semakin tidak mampu untuk melayang dan terbang
Tuhan benar benar mengajakku untuk menatap semuanya
yang harus aku pandang dengan kebeningan hati




Senin, 10 Januari 2011

DI POJOK WARUNG ROKOK

DI POJOK WARUNG ROKOK
lihat ke-dua bayangan itu
dua bayangan yang membakar mata
hati yang mengeras menahan malam yang tertimpa kebohongan
payung berbunga merah muda itu semakin memekikkan pembatas nalarku

bulan yang temaram berkabut awan hitam-pun tak mampu tersenyum
ribuan tetesan air jatuh bergelantungan di keningku
kulit keningku berkerut dingin
isi penalaranku mendidih

takdir malam itu telah menyayat-nyayat ribuan helai rambutku
aku tinggalkan pandangan itu dengan kebingungan bibir mau berucap apa
kurang lebih 50 langkah aku tinggalkan kebohongan yang bergelantungan di mataku
semua yang ditawarkan bibir manisnya telah jatuh ketanah bersamaan air hujan malam itu

aku mendekap hatiku
aku berusaha kuat agar hati ini tidak melihat dan mendengarkan
sambil jalan tertunduk hati ini tetap aku suarakan kebesaranNya
semua sudah terkulai oleh kebenaran
dan hati ini-pun membuktikan kebenarannya...